Salam Pertanian !!
Istilah agensia hayati beserta contoh dan manfaatnya bagi
tanaman, ternyata ada beberapa rekan
yang belum tahu apa itu agensia hayati. Oleh karena itu dalam
kesempatan kali ini memosting tentang arti agensia hayati
serta kelebihan dan kekurangan agensia hayati. Sehingga Trichoderma sp, Bacillus sp, Corynebacterium sp, Pseudomonas sp, Tricogramma sp, Bacillus turingiensis, Beauveria bassiana, Metarizium sp dll rekan-rekan sudah tahu bahwa itu semua termasuk agensia hayati.
Kondisi
pertanian dewasa ini semakin memprihatinkan. Tanah semakin rusak akibat
pemupukan kimiawi/sintetis yang tak berimbang, penggunaan pestisida
sintetis yang berlebihan menyebabkan kerusakan ekosistem. Tentu dibalik
kondisi ini masih ada semangat untuk kembali kepada pertanian yang sehat
dan alami. Salah satunya adalah dengan cara penggunaan pestisida nabati
dan agen hayati dalam pengendalian organisme pengganggu tanaman (OPT).
Pengendalian
hayati akhir-akhir ini juga banyak mendapat perhatian dunia dan sering
kali dibicarakan di dalam seminar atau kongres, serta ditulis dalam
naskah jurnal atau pustaka, khususnya yang berkaitan dengan penyakit
tanaman. Pengendalian penyakit tanaman dengan menggunakan agens
pengendali hayati muncul karena kekhawatiran masyarakat dunia akibat
penggunaan pestisida kimia sintetis. Adanya kekhawatiran tersebut
membuat pengendalian hayati menjadi salah satu pilihan cara
mengendalikan patogen tanaman yang harus dipertimbangkan (Soesanto, 2008).
Pengertian agens hayati menurut FAO (1988) adalah mikroorganisme, baik yang terjadi secara alami seperti
bakteri, cendawan, virus dan protozoa, maupun hasil rekayasa genetik
(genetically modified microorganisms) yang digunakan untuk mengendalikan
organisme pengganggu tumbuhan (OPT). Pengertian ini kemudian dilengkapi
dengan definisi menurut FAO (1997), yaitu organisme yang dapat
berkembang biak sendiri seperti parasitoid, predator, parasit, artropoda
pemakan tumbuhan, dan patogen.
Mengingat
pentingnya pengembangan agen hayati dalam pertanian, Indonesia pun
mengeluarkan definisi melalui Peraturan Menteri Pertanian Nomor 411 tahun 1995, yaitu setiap organisme yang meliputi spesies, subspesies,
varietas, semua jenis serangga, nematoda, protozoa, cendawan (fungi), bakteri, virus, mikoplasma, serta organisme lainnya dalam semua tahap
perkembangannya yang dapat dipergunakan untuk keperluan pengendalian
hama dan penyakit atau organisme pengganggu, proses produksi, pengolahan
hasil pertanian, dan berbagai keperluan lainnya.
Akar bambu sumber bakteri Pseudomonas sp yang bisa digunakan sebagai agensia hayati
Penggunaan
agen hayati diyakini memiliki kelebihan karena sesuai dengan prinsip
keseimbangan ekosistem. Memanfaatkan musuh alami dari hama dan penyakit
pengganggu tanaman pertanian. Sebagai contoh pengalaman dari maspary
sendiri dalam pengendalian penyakit layu pada tanaman cabai, tomat dan
kentang, penggunaan fungisida dan bakterisida kimia sudah tidak mampu
lagi mengendalikannya. Demikian juga dalam pengendalian penyakit kresek
pada tanaman padi, corynebacterium masih jagonya.
Agen Hayati memiliki kelebihan:
- Selektif, artinya mikroba dalam agen hayati tidak akan menyerang organisme yang bermanfaat bagi tumbuhan karena agen hayati hanya akan menyerang hama penyakit sasaran.
- Sudah tersedia di alam. Sebenarnya secara alami agen hayati sudah tersedia dialam, namun karena penggunaan pestisida yang tidak sesuai menyebabkan keseimbangan ekosistem mulai goyah dan populasinya terganggu.
- Mampu mencari sasaran sendiri, karena agen hayati adalah makhluk hidup yang bersifat patogen bagi organisme pengganggu, maka agen hayati dapat secara alami menemukan hama dan penyakit sasarannya.
- Tidak ada efek samping.
- Relatif murah.
- Tidak menimbulkan resistensi OPT sasaran.
Kekurangan agenSIA hayati:
- Bekerja secara lambat. Kondisi ini seringkali membuat petani tidak sabar menunggu hasilnya dan menganggap agen hayati tidak manjur. Akhirnya petani kembali beralih ke pestisida kimiawi.
- Sulit diprediksi hasilnya. Perkembangbiakan agen hayati setelah diaplikasikan sangat tergantung dengan ekosistem pada saat pengaplikasian. Jika kondisinya mendukung, maka pertumbuhan agen hayati akan maksimal.
- Lebih optimal jika digunakan untuk preventif, karena membutuhkan waktu untuk pertumbuhannya. Kurang cocok digunakan untuk kuratif, apalagi saat terjadi ledakan hama karena bekerja secara lambat.
- Penggunaan sesering mungkin.
- Pada jenis hayati tertentu sulit dikembangkan secara massal.
Setelah kita membahas tentang kelebihan dan kekurangan penggunaan agensia hayati rekan-rekan
lebih paham dengan karateristik dari agensia hayati sehingga tidak
selalu menggantungkan kondisi tanamannya pada bahan kimia. Kecuali
ketika sudah terjadi serangan yang akut atau parah mau tidak mau harus
menggunakan bahan kimia. Tetapi yang perlu kita yakini adalah bahwa
dengan penggunaan agensia hayati akan bisa menghemat penggunaan pupuk
dan pestisida kimia.
Sukses selalu buat petani indonesia !!